Semalam Zaim, Adik, Ibu dan Nenek bertolak ke Padang untuk bercuti. Tinggal la Ayah dengan Atok di rumah.

Aku tak kisah sangat kenapa mereka ni suka sangat berjalan-jalan. Memang bagus kerana dapat menengok negeri dan daerah orang. Tentu dapat mempelajari sesuatu yang lain dalam kita membina sahsiah diri sendiri. Aku rasa Zaim bertuah. Aku sendiri hanya merasa merantau ke negeri orang apabila sudah dewasa. Cuma aku harap, aku dapat punyai masa untuk membawa Zaim mengenal negeri dan negara dia sendiri. Aku menyesal belum dapat berbuat demikian walaupun itu adalah antara tujuan utama aku balik ke tanah air baru-baru ini supaya dia mengenal semua itu sebelum dia terlalu dewasa dan semua itu menjadi terlalu asing bagi dia.

Masa aku kecik dulu (di tahun 70an), memang tak pernah aku berjalan-jalan begitu. Selain dari naik bas ke sekolah, paling jauh aku merayau ke kampong sebelah cari ikan kat lubuk dan kampung belakang tempat orang Cina tanam sayur dan buah-buahan. Kalau ke kawasan maju sikit ada la Pekan Batu Lima, pergi gunting rambut membonceng basikal dengan Bak.

Tapi yang menjadi kenangan aku semalam di KLIA ialah sebelum masuk, Zaim berkata," Ayah, don't worry by Tuesday we'll come back already. We see you Tuesday, Ayah". Paling lama aku berjauhan dari Zaim ialah 9 bulan.

Dalam hati aku berkata,"Sure son, i see you soon and please be safe."

Kadang, benda-benda kecil boleh membuat seorang Ayah berasa bangga.

Semalam masa berjalan-jalan dekat Leisure Mall, Zaim lepas tangan dari pimpinan aku dan berpatah balik. Aku berjalan terus dua tiga langkah sebelum menoleh untuk pastikan apa dia buat kat belakang.

Zaim tengah mengutip gumpalan plastik bungkus coklat buangan orang lain di atas lantai dan berjalan ke arah tong sampah sebelum membuangkannya ke dalam. Kemudian dengan selamba dia jalan ke arah aku dan pimpin balik tangan aku dan sambung balik berjalan.

Hidung aku bukak tutup, bukak tutup - bangga. Saja nak sedapkan hati, aku tanya," Who taught you to do that?", sambil aku meninggi dada.

"Ibu", jawab Zaim pendek.

Hidung aku jadi tutup, bukak, tutup, tutup, tutup, tutup.

Benda-benda kecil membuat seorang Ibu berasa bangga.

selingan - KEBEBASAN MEMILIH TERAKHIR

" That must be a different kind of party than the one I am going to", kata Zaim sambil menunjuk kepada poster bermacam-macam kat tepi jalan.

"That's referring to political parties, society's vehicle to getting rich, powerful and famous", kata ku sinis.

"So you choose them to govern you, in a way you choose them to tell you what to do?" tanya Zaim lagi.

"Basically, that is correct, but actually it should be this way, you choose them so that they can tell you what to do in the way you want them to do. But, they never do. Faham?" tanyaku.

"No!. But, Ayah you will have two parties to attend to come Sunday the 21st? Which one you want?" lagi Zaim bertanya.

" Actually, I havent thought about that. But, remember the options I talked to you about earlier? Maybe they will both get dissappointed because I think there's another party involving fast cars and sexy girls somewhere else on the same day" jawabku tersenyum, malah tersengeh.

Zaim naikkan kening dia dan berkata," Hey, does Ibu knows anything about this party of yours, you sick old man!".

Aku ketawa kuat kuat.

selingan - KEBEBASAN MEMILIH 2

Zaim tanya aku," Ayah, if two friends asked me to go to their separate parties, how do i choose? Because both want me to come at the same time?".

" Depends on you. You choose based on your own reasons." ringkas aja aku jawab. Aku nak baca surat khabar ni, ada ada saja budak kecik ni.

" I like both of them, but if i chose one, no matter what reason i use, I think I will dissappoint the other one. I don't want to do that!" rengek Zaim dengan muka terpeleot.

Alamak, ini krisis skala richter ni. Kena selesai jugak kalau tidak nanti berlanjut-lanjut. Aku letak surat khabar walaupun baru nak baca ruangan kegemaran aku kat Utusan - Halo Bos.

"Zaim, the freedom to decide and to choose is with you. Let's look at it rationally. You can't be at both parties at same time. I will tell you what options you have but you will have to decide on your own. First, you can go to one party and excuse yourself from the other one. Say how sorry you are, but maybe you can still give the present, all the same. Or you could go to both parties one after another. This would mean that you'll have less time to spend at each party. Here you would have to decide which one to go first. Lastly, you can decide not to go to any one party. But this way, you may dissapoint both your friends." panjang cerita aku. Terkebil-kebil mata Zaim.

" But, know this. Whatever decision you make, you will have to live with it. God give us the brain to make us choose and decide rationally." Aku tutup cerita.

Zaim merenung muka aku. Berpikir panjang le agaknya tu. Kemudian dia melompat bangun sambil berkata," Right, I think I know what I will do. I will tell you later".

Aku senyum. (sebab sekarang aku boleh baca 'Halo Bos' balik).

selingan - KEBEBASAN MEMILIH I

Semalam Zaim berebut nak guna komputer dengan adik dia. Dua-dua tak mau mengalah. Daripada tolak menolak sampai la kepada sepak menyepak.

Aku cuba nak selesaikan. Aku tanya siapa yang baru selesai bermain. Zaim kata dia baru selesai main tapi baru 10 minit. Tadi adik dia main lama.

Aku tanya lagi dari pagi siapa yang main lebih kali? Dua-dua kata yang lagi satu.

Akhir sekali aku tanya siapa nak beralah bagi yang lagi satu main dulu. Dua-dua kata tak mau.

Dengan tenang aku tutup komputer dan cabut segala suis dan keluar dari bilik.

Dua-dua anak aku tercengang.

selingan - BANGUN TIDOR

Aku bangun tidor nak mandi. Sebelum tu masuk bilik anak ku.

Zaim sedang lenyak tidor. Di tepi kiri dia ada mainan kereta Hotwheel. Mungkin terlepas dari tangan dia sewaktu lena.

Terlintas di kepala bahawa anak aku masih lagi kecil dan masih lagi kanak-kanak. Tengok mukanya tenang dan aman. Tahukah dia hari ni menjanjikan lebih banyak persoalan baru yang lebih merungsingkan.

Aku kutip mainan dan genggamkan di tangan Zaim.

"Biarlah dia melalui zamannya dengan ketenangan dan kebahagiaan yang dia layak", kata hati ku.

Aku berlalu ke toilet selepas mencapai tuala mandi

Selingan - TELEFON

Zaim telefon aku kat opis tadi dari rumah.

"Just to check on how you are in the office Ayah. Are you ok, do you need anything from us here?", nyaring suara dia kat telefon tu.

"I am fine. Is there anything important you want to tell me?" jawab aku sambil mencoret draf depan mata.

"Nope, like I said, just to see how you are. Ok bye!" cepat dia meletak telefon sebelum sempat aku berkata apa-apa lagi.

Aku termenung sejenak. Apa kena anak aku ni.

Kemudian, pelan-pelan aku angkat balik telefon dan dail satu nombor yang aku dah lama tak dail.

Sebaik saja telefon yang dituju diangkat, aku terus berucap, " Hello!, hah .. saya sini. Bak, apa kabar? Sehat ke? Bagusla...ya...Hujung bulan ni mungkin kalau saya free saya balik Johor .. ya ya cucu Bak sekali, ok. Keluarga semua sehat ke? Kemsalam pada semua!"

"Takda, tak ada apa apa, saja nak tau Bak macam mana? Sehat ke apa ke, itu sahaja. Ok, Assalamualaikum".

Aku letak telefon.

EAT TO LIVE TO EAT

Semalam aku balik cepat...

Sedang Zaim terkial-kial buat maths dia, aku pun cuba menyejukkan hati dia, " You may be finding the stuff you are doing now is hard. But, this is just preparing you for the real world. When you grow big, with all these knowledge and education, you will be able to get a good job with big salary.. then you will be on easy street... hidup senang, gaji besar"

Zaim tak menoleh tapi berkata sesenyap," Ayah i never hear you say you have big salary. Is big salary important, Ayah?"

"Well it does, at least that is what we parents think since time immemorial. But of course, that won't be a guarantee that a person would behave in a clever and responsible manner corresponding to the knowledge and priviliges they have"

" Ya la Ayah, there are still rich people, clever people, gaji besar people engaging in illegal things, corruption, vice, cheating, gambling and lotteries despite the good things they have", tambah Zaim.

"That's true la", angguk ku. "Ok la you continue with your work".

"Ayah, how many times do rich people eat daily?", tanya Zaim.

Apa soalan ni. Aku jawab hati-hati,"Same like us la I guess, breakfast, lunch and dinner".

"No matter how rich, they still eat three times a day like everyone else? Not much difference does it?" Zaim mula nak tunjuk pandai le tu.

"That's true", aku angguk lagi.

"Can I have some snack now Ayah, so that I can eat four times today, better than them?", kata Zaim sambil tersengeh.

"Hish!", jerit ku dalam diam sambil bangun menuju ke dapur.

SEKEJAP TADI

Sedang aku mengetuk-ngetuk komputer di rumah sekejap tadi, Zaim masuk dan berikan segumpal lipatan kain tebal pada riba ku seraya berkata. " Ayah, you need this nanti".

"Humm", jawab ku gumam sambil mata masih pada layar di depan mata.

Seketika kemudian aku jeling lipatan kain di atas riba. Terus aku berhenti dan memandang keluar tingkap.

Sayup suara Bilal Kampung Cheras Baru baru sahaja selesai mengajak menuju kejayaan ...

selingan - LIRIK KEPADA LAGU IRINGAN

"Seberapa Pantas"
by: Eross "Sheila"

Seberapa pantaskah kau untuk kutunggu
Cukup indahkah dirimu untuk slalu kunantikan
Mampukah kau hadir dalam setiap mimpi burukku
Mampukah kita bertahan di saat kita jauh

* Seberapa hebatkah untuk kubanggakan
Cukup tangguhkah dirimu untuk slalu kuandalkan
Mampukah kau bertahan dengan hidupku yang malang
Sanggupkah kau meyakinkan di saat aku bimbang

** Celakanya... hanya kaulah yang benar-benar aku tunggu
Hanya kaulah yang benar-benar memahamiku
Kau pergi dan hilang ke manapun kau suka

Celakanya... hanya kaulah yang pantas untuk aku banggakan
Hanya kaulah yang sanggup untuk aku andalkan
Di antara pedih aku slalu menantimu

Back to *
Interlude

Mungkin kini kau tlah menghilang tanpa jejak
Mengubur semua indah kenangan...
Tapi aku slalu menunggumu di sini
Bila saja kau berubah pikiran...

Back to **

BEDTIME STORY

Seperti selalu sebelum tidor, aku bercerita dengan Zaim:

Dia tanya, " Am i a good boy, Ayah?"

" I think you are or i hope you are going to be. You are not perfect but again it is not easy to be a good person. There are lots of obligations to yourself, your family, and other social structure around you. Most importantly, people tend to associate being good with behaving in accordance to our religion, in our case Islam. Doing the good things does not always lead to better feelings or benefits for yourself. The attractions to do the opposite are always greater and most of the time they always win," jawab aku saja la, trying to be clever dengan anak.

Dia tanya balik, " Is it that hard to be a good person? You mean that everyone has more tendency to be bad ? "

Aku fikir lama sikit. Macam mana nak jawab supaya dapat satisfy curiosity dia di samping dapat mengelak dia dari bertanya dengan lebih jauh dan komplikated(rencam).

Lalu ku jawab," despite the odds against us humans, we have to strive to be good. Good in everything, at work, at home, school, with friends and especially in performing things that our religion demands of us...to the best that we can. The easiest way, to me, is just to be true to our own self. I think we can never be wrong with this attitude."

" Okla boy, dah malam pon, you go to sleep, ok? "

" Ok, thanks ayah, good night."

" But Ayah, have you been a good person Ayah?", kata Zaim sambil berpusing badan dan memejam matanya.

Aku diam.

Waktu jarum jam sudah menunjukkan pukul 158 pagi pon, aku masih terdiam.

THANKS

Terima kasih kepada teman baik ku yang menolong menyediakan blogspot ni... ruangan ni hanyalah saja untuk mengomentari apa sahaja yang berlalu di pemikiran ku setiap detik dan saat aku mengingat kehidupan yang semakin pantas dan cepat berlalu...

semoga tidak menjadi panduan kepada sesiapa pon..

BEGINNING

Ini kisah aku dan anak aku.